Kamis, 16 April 2015

"Ramadhan Mengajarkan Lemah Lembut"

"Ramadhan Mengajarkan Lemah Lembut"


Hikmah Ramadhan mengajarkan pada kita untuk bersikap lemah lembut, tidak lekas marah jika ada yang mengganggu kita.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ .

Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari no. 1904 dan Muslim no. 1151)

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Termasuk yang dianjurkan adalah jika seseorang dicela oleh orang lain atau diajak berkelahi ketika dia sedang berpuasa, maka katakanlah “Inni shoo-imun, inni shoo-imun [artinya: Aku sedang puasa, aku sedang puasa]”, sebanyak dua kali atau lebih.” (Al Adzkar, hal. 183)

Imam Nawawi rahimahullah menguatkan pendapat bahwa ucapan “inni shoimun (aku sedang puasa” hendaklah diucap. Demikian yang beliau ungkapkan dalam Al Adzkar. Namun dalam Syarhul Muhadzdzab, beliau berkata bahwa baik mengucapkan di lisan atau cukup dalam hati, keduanya sama-sama baik. Namun mengucapkan di lisan itu lebih baik. Seandainya menggabungkan di antara kedua (di lisan dan batin), itu pun baik. Oleh karenanya, Imam Bukhari membawakan judul bab tentang masalah ini dengan konteks pertanyaan, “Apakah dengan lisan mengucapkan aku sedang puasa kala dicela?” Sedangkan Ar Ruwyani berpendapat bahwa untuk berpuasa wajib di bulan Ramadhan, saat dicela hendaklah mengucapkan dengan lisan “aku sedang puasa”. Namun untuk selain puasa Ramadhan, maka cukup dalam batin saja. Ibnul ‘Arabi sendiri mengklaim bahwa letak perselisihan adalah pada puasa sunnah. Adapun untuk puasa wajib tetap mengucapkan dengan lisan. Demikian diterangkan dalam Fathul Bari
karya Ibnu Hajar.

Penjelasan hadits di atas menunjukkan bahwa puasa Ramadhan mengajarkan untuk bersikap lemah lembut. Sungguh, ini benar-benar akhlak yang luhur. Lemah lembut adalah akhlak para nabi, perilaku dari orang terhormat dan mulia.

Bahkan dengan lemah lembut membuat seseorang akan semakin mulia. Maka ketika Urwah bin Zubair tatkala dicela dengan kata-kata jelek, maka ia cukup berkata,

إني أتركك رفعا لنفسي

“Aku membiarkanmu hanya untuk membuat diriku lebih mulia.” (Ramadhan Durus, hal. 183)

Ibnu Baththol mengatakan, “Ketahuilah bahwa tutur kata yang baik dapat menghilangkan permusuhan dan dendam kesumat. Lihatlah firman Allah Ta’ala,

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat/41: 34-35).
Menolak kejelekan di sini bisa dengan perkataan dan tingkah laku yang baik.” (Syarh al Bukhari, 17: 273)

Sahabat yg mulia, Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- mengatakan, “Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.”

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12: 243)

Ya Allah karuniakanlah pada kami akhlak yang santun dan sikap lemah lembut.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal (www.muslim.or.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar