"Manusia"
Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik rupa dan ciptaan, yang terdiri dari 3 karakteristik yang tidak bisa dipisahkan, yaitu:
1. Kebutuhan Fisik,
2. Kebutuhan Naluri, dan
3. Akal atau pikiran
Ketiga karakteristik tersebut membutuhkan perhatian dan makanan agar keduanya sehat dan selamat. Cara pemenuhannya pun berbeda beda.
Nah, yang termasuk kebutuhan jasmani, misalnya:
1. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan sehat.
2. Menjauhkan diri dari penyakit dan tempat tempat berjangkitnya penyakit.
3. Membuangkan kotoran secara teratur.
4. Membutuhakan istirahat (tidur).
Kalau diperhatikan bahwa seluruh kebutuhan jasmani akan muncul atas dorongan dalam diri manusia (internal), seperti rasa lapar, mengantuk, dan lain-lain. Sedangkan kebutuhan naluri akan muncul atas sesuatu yang datang dari luar (eksternal). Adapun kebutuhan Naluri dibagi lagi menjadi 3 macam kebutuhan beserta contoh faktor eksternal yang menyertainya, yaitu:
Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik rupa dan ciptaan, yang terdiri dari 3 karakteristik yang tidak bisa dipisahkan, yaitu:
1. Kebutuhan Fisik,
2. Kebutuhan Naluri, dan
3. Akal atau pikiran
Ketiga karakteristik tersebut membutuhkan perhatian dan makanan agar keduanya sehat dan selamat. Cara pemenuhannya pun berbeda beda.
Nah, yang termasuk kebutuhan jasmani, misalnya:
1. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan sehat.
2. Menjauhkan diri dari penyakit dan tempat tempat berjangkitnya penyakit.
3. Membuangkan kotoran secara teratur.
4. Membutuhakan istirahat (tidur).
Kalau diperhatikan bahwa seluruh kebutuhan jasmani akan muncul atas dorongan dalam diri manusia (internal), seperti rasa lapar, mengantuk, dan lain-lain. Sedangkan kebutuhan naluri akan muncul atas sesuatu yang datang dari luar (eksternal). Adapun kebutuhan Naluri dibagi lagi menjadi 3 macam kebutuhan beserta contoh faktor eksternal yang menyertainya, yaitu:
- Naluri Beragama, yakni naluri manusia untuk bersandar kepada Tuhan. Naluri ini muncul saat kita terkena musibah, misalnya kematian dan musibah lainnya. Saat ada bencana, kebanyakan kita akan teringat akan Allah.
- Naluri Melestarikan Keturunan, yakni tercermin dari kita yang saling berkasih-sayang antar sesama manusia. Misalnya saat bertemu dengan seseorang dan orang tersebut mengingatkan kita pada orang tua kita, pada anak kita, atau pada orang yang kita sayangi lainnya.
- Naluri Mempertahankan Diri, yakni naluri yang muncul saat kita berhadapan dengan sesuatu yang membahakan jiwa. Misalnya pada saat berjalan di perbukitan, kita akan menghindari berjalan dipinggir jurang.
Sedangkan keberadaan akal dibutuhkan untuk memutuskan pemenuhan kedua kebutuhan di awal (kebutuhan Jasmani dan Kebutuhan Naluri)
berdasarkan informasi-informasi sebelumnya yang diterima.
Di sinilah letak penting keberadaan akal. Jika informasi yang diterima akal sebelumnya adalah informasi yang negatif, maka seorang manusia akan cenderung memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan nalurinya dengan cara yang negatif.
Begitupun sebaliknya, jika informasi yang diterima akal sebelumnya adalah informasi yang positif, maka seorang manusia akan cenderung memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan nalurinya dengan cara yang positif.
Mari kita renungkan dua contoh* sederhana berikut:
Si A tumbuh dalam keluarga berkelimpahan. Kebiasaan keluarganya ketika lapar adalah memesan makanan pesan antar. Selain itu, keluarga cenderung bebas. Termasuk dalam hal pergaulan. Kedua orang tuanya tidak pernah membatasi pergaulan si A. Kira-kira, bagaimana perilaku si A saat tumbuh dewasa nanti?
Sedangkan si B, meskipun tumbuh dalam keluarga berkelimpahan juga, saat lapar datang, keluarganya terbiasa mencari bahan makanan di kebun dan di sungai untuk dimasak. Kedua orang tuanya cenderung membatasi pergaulan si B dengan landasan Alquran dan Hadits. Kira-kira, bagaimana perilaku si B saat tumbuh dewasa nanti?
*Kedua contoh di atas tentu belum memperhatikan faktor-faktor lain pembentuk perilaku seseorang, misalnya kondisi lingkungan masyarakat sekitar.
Artinya memang, keberadaan akal akan menentukan seseorang memutuskan sesuatu. Keputusan tersebut akan sangat bergantung pada pertimbangan-pertimbangan yang diperoleh sebelumnya. Untuk itu sebaiknya kita memilih asupan-asupan yang positif untuk akal pikiran kita. Asupan positif akan membimbing kita untuk selalu membuat keputusan-keputusan yang positif.
Tentu ini pun berlaku juga bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya, bagi guru atas siswanya, bagi ustadz kepada santrinya, dan lain-lain yang semisal.
Selain itu, akal harus sering-sering dipergunakan agar akal tetap 'hidup'. Akal memang karakteristik utama manusia. Adanya akal inilah yang menjadikan manusia merupakan makhluk terbaik yang diciptakan Allah Ta'ala.
Di sinilah letak penting keberadaan akal. Jika informasi yang diterima akal sebelumnya adalah informasi yang negatif, maka seorang manusia akan cenderung memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan nalurinya dengan cara yang negatif.
Begitupun sebaliknya, jika informasi yang diterima akal sebelumnya adalah informasi yang positif, maka seorang manusia akan cenderung memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan nalurinya dengan cara yang positif.
Mari kita renungkan dua contoh* sederhana berikut:
Si A tumbuh dalam keluarga berkelimpahan. Kebiasaan keluarganya ketika lapar adalah memesan makanan pesan antar. Selain itu, keluarga cenderung bebas. Termasuk dalam hal pergaulan. Kedua orang tuanya tidak pernah membatasi pergaulan si A. Kira-kira, bagaimana perilaku si A saat tumbuh dewasa nanti?
Sedangkan si B, meskipun tumbuh dalam keluarga berkelimpahan juga, saat lapar datang, keluarganya terbiasa mencari bahan makanan di kebun dan di sungai untuk dimasak. Kedua orang tuanya cenderung membatasi pergaulan si B dengan landasan Alquran dan Hadits. Kira-kira, bagaimana perilaku si B saat tumbuh dewasa nanti?
*Kedua contoh di atas tentu belum memperhatikan faktor-faktor lain pembentuk perilaku seseorang, misalnya kondisi lingkungan masyarakat sekitar.
Artinya memang, keberadaan akal akan menentukan seseorang memutuskan sesuatu. Keputusan tersebut akan sangat bergantung pada pertimbangan-pertimbangan yang diperoleh sebelumnya. Untuk itu sebaiknya kita memilih asupan-asupan yang positif untuk akal pikiran kita. Asupan positif akan membimbing kita untuk selalu membuat keputusan-keputusan yang positif.
Tentu ini pun berlaku juga bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya, bagi guru atas siswanya, bagi ustadz kepada santrinya, dan lain-lain yang semisal.
Selain itu, akal harus sering-sering dipergunakan agar akal tetap 'hidup'. Akal memang karakteristik utama manusia. Adanya akal inilah yang menjadikan manusia merupakan makhluk terbaik yang diciptakan Allah Ta'ala.
*dari berbagai sumber
Mari kita juga "Bekal (kita) Manusia"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar