Jumat, 24 Januari 2014

"Tempayan Retak"

"Tempayan Retak"














Terdapat dua tempayan besar yang setiap hari tergantung di kedua ujung pikulan menemani seorang tukang air mengambil air di atas bukit. Salah satunya retak sementara yang lainnya utuh.

Beberapa waktu berlalu.

Tempayan retak tersadar bahwa dirinya selama ini telah merugikan si tukang air. Dia pun memberanikan diri berbicara kepada tukang air.

"Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri. Tuan, maafkan saya. Karena kekurangan saya, tuan mengalami kerugian yang besar. Air yang saya tampung selalu tidak penuh sampai tujuan akhir. Maafkan saya, Tuan!"

Si tukang air merasa kasihan lalu berkata, "Mulai besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan!"

Keesokannya, tempayan retak menuruti perintah.

Benar saja, ketika naik bukit terdapat banyak bunga di salah satu sisi jalan yang setiap hari mereka lewati.

Lalu si tukang air berkata kepada tempayan retak,
"Apakah kamu memperhatikan bunga-bunga yang ada di sepanjang sisi jalanmu, tetapi tidak ada bunga setangkai pun di sisi jalan lain? Kamu harus tahu, dengan bunga-bunga itu, aku berhasil membuka kios bunga hias dan kebutuhan hidup keluargaku semakin tercukupi. Artinya justru aku yang harus beterima kasih kepadamu. Mulai saat ini kamu juga harus tahu, bahwa kekuranganmu telah melengkapi hidupku. Terima kasih. Aku harap kamu bersedia untuk menjadi pelengkap hidupku hingga akhir hayatku."

[SELESAI]

*Sumber: "Hadiah Terindah" hal 37 (catatan 25 Juni 2012)*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar