"Nyanyian Seorang Kakak"
Seorang anak berusia 3 tahun sangat senang begitu tahu bahwa dia akan punya adik.
Sejak saat itu, setiap bangun tidur dia selalu mendekat ke ibunya lalu bernyanyi untuk calon adiknya sambil mengelus perut ibunya.
Begitu setiap hari dia lakukan sampai tiba waktunya sang adik lahir.
Tapi sungguh di luar dugaan. Telah terjadi komplikasi yang sangat serius sehingga meski lahir sempurna, kondisi bayi sangat buruk.
Sang dokter meminta sang ibu siap menerima kondisi terpahit.
Meski sangat terpukul, sang ibu ikhlas dan meminta suaminya untuk mempersiapkan acara pemakaman.
Sebaliknya, si anak terlihat sangat senang telah menjadi kakak.
"Mama, aku ingin bernyanyi buat adik!" Tetapi ibunya tidak menanggapinya.
"Mama aku pengen nyanyi!" Tetapi ibunya terlalu larut dalam kesedihan.
"Mama aku mau nyanyi but adik!" kali ini sambil mengiba dan meraung.
Namun sang ibu tetap menganggapnya sebagai rengekan anak kecil.
Lagipula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.
Akan tetapi lama kelamaan sang ibu luluh juga melihat anak pertamanya terus menangis.
Dia mengalah, paling tidak ini adalah pertemuan kakak-adik untuk pertama dan terakhir.
"Tapi maaf anak kecil tidak boleh masuk!" kata suster setelah mendengarkan permintaan sang ibu.
"Saya tahu suster, tapi mohon minta waktu sebentar saja. Anak saya begitu merindukan kehadiran adiknya," sang ibu menjelaskan sambil menangis dengan penuh iba.
"Baiklah, tapi hanya lima menit!"
Badan mungilnya dipakaikan baju khusus lalu dibawa masuk ruang ICU.
Setelah dekat ranjang kecil tempat adiknya berada, ia mulai bernyanyi,
"You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey."
Ajaib! Ada respons! Seolah si adik sadar akan sapaan sayang kakaknya.
Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Ibunya menatap dengan penuh haru, "Terus, teruskan sayang.." bisik ibunya sambil menangis.
"The other night, as I laid sleeping, I dream, I held you in my..."
Dan, sang adik meregang seolah menghela napas panjang.
Seketika pernapasannya menjadi teratur.
Kakak terus bernyanyi, adiknya kelihatan semakin tenang, rileks, dan damai, lalu tertidur lelap.
Hari berikutnya si bayi diperbolehkan pulang.
[selesai]
¤Sumber: "Hadiah Terindah" hal 77 (catatan 5 Agustus 2012)¤
Sejak saat itu, setiap bangun tidur dia selalu mendekat ke ibunya lalu bernyanyi untuk calon adiknya sambil mengelus perut ibunya.
Begitu setiap hari dia lakukan sampai tiba waktunya sang adik lahir.
Tapi sungguh di luar dugaan. Telah terjadi komplikasi yang sangat serius sehingga meski lahir sempurna, kondisi bayi sangat buruk.
Sang dokter meminta sang ibu siap menerima kondisi terpahit.
Meski sangat terpukul, sang ibu ikhlas dan meminta suaminya untuk mempersiapkan acara pemakaman.
Sebaliknya, si anak terlihat sangat senang telah menjadi kakak.
"Mama, aku ingin bernyanyi buat adik!" Tetapi ibunya tidak menanggapinya.
"Mama aku pengen nyanyi!" Tetapi ibunya terlalu larut dalam kesedihan.
"Mama aku mau nyanyi but adik!" kali ini sambil mengiba dan meraung.
Namun sang ibu tetap menganggapnya sebagai rengekan anak kecil.
Lagipula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.
Akan tetapi lama kelamaan sang ibu luluh juga melihat anak pertamanya terus menangis.
Dia mengalah, paling tidak ini adalah pertemuan kakak-adik untuk pertama dan terakhir.
"Tapi maaf anak kecil tidak boleh masuk!" kata suster setelah mendengarkan permintaan sang ibu.
"Saya tahu suster, tapi mohon minta waktu sebentar saja. Anak saya begitu merindukan kehadiran adiknya," sang ibu menjelaskan sambil menangis dengan penuh iba.
"Baiklah, tapi hanya lima menit!"
Badan mungilnya dipakaikan baju khusus lalu dibawa masuk ruang ICU.
Setelah dekat ranjang kecil tempat adiknya berada, ia mulai bernyanyi,
"You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey."
Ajaib! Ada respons! Seolah si adik sadar akan sapaan sayang kakaknya.
Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Ibunya menatap dengan penuh haru, "Terus, teruskan sayang.." bisik ibunya sambil menangis.
"The other night, as I laid sleeping, I dream, I held you in my..."
Dan, sang adik meregang seolah menghela napas panjang.
Seketika pernapasannya menjadi teratur.
Kakak terus bernyanyi, adiknya kelihatan semakin tenang, rileks, dan damai, lalu tertidur lelap.
Hari berikutnya si bayi diperbolehkan pulang.
[selesai]
¤Sumber: "Hadiah Terindah" hal 77 (catatan 5 Agustus 2012)¤
Tidak ada komentar:
Posting Komentar