"Jangan Cemas, Mas Fajar!"
Pada suatu siang yang terik di sebuah perempatan lampu merah, seorang laki-laki bernama Fajar turun dari kendaraan umum demi melihat seorang ibu yang bersusah payah mengganti ban mobilnya yang bocor.
Fajar mendekat dan menawarkan bantuan. Tentu sang ibu menerima tawaran tersebut dengan senang hati.
Melihat laki-laki tersebut amat sungguh-sungguh membantu hingga mandi keringat, seusai proses ganti ban, sang ibu berujar,
"Terima kasih banyak, Nak. Saya harus bayar berapa?"
"Mohon maaf Ibu, saya hanya berniat menolong. Tapi jika Ibu merasa berhutang kepada saya, biarlah Ibu membayarnya kepada yang lebih membutuhkan," tolak Fajar dengan halus sambil naik angkutan umum berikutnya untuk meneruskan perjalanan.
Sang ibu terpana dan bergumam, "bahkan saya belum sempat menanyakan nama kamu, Nak."
Sang ibu juga melanjutkan perjalanan dan mampir sebentar di sebuah SPBU.
Kebetulan siang itu cukup sepi.
Petugas SPBU yang melayaninya adalah seorang wanita yang terlihat sedang hamil tua, sang ibu merasa prihatin dan bertanya,
"Kenapa tidak cuti saja?"
"Terpaksa harus ditunda, Bu. Suami saya baru saja di-PHK. Sementara anak kami akan segera lahir, mungkin bulan depan," jawab si wanita dengan raut penuh lelah.
Tank sudah full. Ibu membayar tapi butuh kembalian.
Selagi si wanita menghitung kembalian, sang ibu menulis sesuatu pada sebuah kertas kecil.
Lalu, sambil menerima uang kembalian, sang ibu memberikan kertas kecil tersebut sembari menancapkan gas dan berujar, "Terima kasih, Mbak."
Si wanita bingung. Di tangannya ada dua lembar kertas.
"Aku memang tidak berhutang kepadamu, tapi aku ingin melunasi hutangku kepada orang laon yang tidak mau aku bayar. Jika kau merasa berhutang atas ini, kelak bayarkanlah kepada yang membutuhkan."
Itulah yang tertulis di atas kertas kecil tersebut. Di bawahnya terselip sebuah cek senilai Rp10 juta. Si Wanita amat terharu hingga menangis tersedu-sedu.
Begitu jam pulang tiba, ia bergegas pulang. Ia sudah tidak sabar untuk bercerita kepada suaminya. Begitu sampai, ia sedikit berlari kecil. Didapati suaminya tertidur pulas di atas sofa. Sambil memegang telapak tangan suaminya, kembali ia menangis haru dan berkata, "Kamu pasti sangat kelelahan cari kerja ke sana-sini. Tapi, segalanya akan berjalan baik. Jangan cemas, mas Fajar!"
(selesai)
*Sumber: "Hadiah Terindah hal 77" (Catatan 30 April 2012)*
Pada suatu siang yang terik di sebuah perempatan lampu merah, seorang laki-laki bernama Fajar turun dari kendaraan umum demi melihat seorang ibu yang bersusah payah mengganti ban mobilnya yang bocor.
Fajar mendekat dan menawarkan bantuan. Tentu sang ibu menerima tawaran tersebut dengan senang hati.
Melihat laki-laki tersebut amat sungguh-sungguh membantu hingga mandi keringat, seusai proses ganti ban, sang ibu berujar,
"Terima kasih banyak, Nak. Saya harus bayar berapa?"
"Mohon maaf Ibu, saya hanya berniat menolong. Tapi jika Ibu merasa berhutang kepada saya, biarlah Ibu membayarnya kepada yang lebih membutuhkan," tolak Fajar dengan halus sambil naik angkutan umum berikutnya untuk meneruskan perjalanan.
Sang ibu terpana dan bergumam, "bahkan saya belum sempat menanyakan nama kamu, Nak."
Sang ibu juga melanjutkan perjalanan dan mampir sebentar di sebuah SPBU.
Kebetulan siang itu cukup sepi.
Petugas SPBU yang melayaninya adalah seorang wanita yang terlihat sedang hamil tua, sang ibu merasa prihatin dan bertanya,
"Kenapa tidak cuti saja?"
"Terpaksa harus ditunda, Bu. Suami saya baru saja di-PHK. Sementara anak kami akan segera lahir, mungkin bulan depan," jawab si wanita dengan raut penuh lelah.
Tank sudah full. Ibu membayar tapi butuh kembalian.
Selagi si wanita menghitung kembalian, sang ibu menulis sesuatu pada sebuah kertas kecil.
Lalu, sambil menerima uang kembalian, sang ibu memberikan kertas kecil tersebut sembari menancapkan gas dan berujar, "Terima kasih, Mbak."
Si wanita bingung. Di tangannya ada dua lembar kertas.
"Aku memang tidak berhutang kepadamu, tapi aku ingin melunasi hutangku kepada orang laon yang tidak mau aku bayar. Jika kau merasa berhutang atas ini, kelak bayarkanlah kepada yang membutuhkan."
Itulah yang tertulis di atas kertas kecil tersebut. Di bawahnya terselip sebuah cek senilai Rp10 juta. Si Wanita amat terharu hingga menangis tersedu-sedu.
Begitu jam pulang tiba, ia bergegas pulang. Ia sudah tidak sabar untuk bercerita kepada suaminya. Begitu sampai, ia sedikit berlari kecil. Didapati suaminya tertidur pulas di atas sofa. Sambil memegang telapak tangan suaminya, kembali ia menangis haru dan berkata, "Kamu pasti sangat kelelahan cari kerja ke sana-sini. Tapi, segalanya akan berjalan baik. Jangan cemas, mas Fajar!"
(selesai)
*Sumber: "Hadiah Terindah hal 77" (Catatan 30 April 2012)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar