"Ucapan Terima Kasih = Bersyukur Kepada Allah"
“Barangsiapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka
tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. at Tirmidziy; dan ia menilainya hasan
shahiih; dishahiihkan oleh syaikh al-albaaniy)
“Siapa saja yang menerima pemberian, hendaklah dia membalasnya dengan itu pula. Kalau tidak, hendaklah ia memberi pujian, sebab dengan memuji berarti telah berterimakasih dan siapa yang menyembunyikan (kebaikan orang padanya) berarti dia telah kufur nikmat”. (HR. At-Tirmidzi).
***
“Siapa saja yang menerima pemberian, hendaklah dia membalasnya dengan itu pula. Kalau tidak, hendaklah ia memberi pujian, sebab dengan memuji berarti telah berterimakasih dan siapa yang menyembunyikan (kebaikan orang padanya) berarti dia telah kufur nikmat”. (HR. At-Tirmidzi).
***
Kita
dianjurkan untuk tidak menyebut-nyebut pemberian, apalagi sampai menyakiti
perasaan si penerima pemberian kita. Baik saat memberi atau pun di kemudian
hari, marilah kita hindari perilaku tersebut. Selain karena tercela, sikap
tersebut akan menghapuskan pahala atas pemberian kita, seperti yang telah Allah
Azza wa Jalla firmankan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا
صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ
وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ
عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ
مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
"Hai
orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang
mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir." (QS. Al-Baqarah: 164)
Begitulah, pemberian yang kita
sebutkan di kemudian hari menunjukkan bahwa kita tidak ikhlas dan berlaku riya.
Apalagi jika disertai dengan sikap atau perkataan yang menyakiti si penerima,
maka kita tidak akan mendapatkan apapun di sisi Allah Ta’ala. Seperti halnya
tanah di atas batu licin yang tersiram hujan lebat. Sia-sia belaka.
- Tapi, bagaimana jika yang berlaku adalah sebaliknya?
Si
pemberi memberikan sesuatu dengan diam, tetapi justru di kemudian hari si
penerima menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti hati si pemberi terkait dengan
pemberian tersebut. Bagaimana Islam memandang hal tersebut?
Subhanallah.
Jika demikian yang berlaku artinya insya Allah si pemberi telah mendapatkan
kemuliaan di dunia dengan mendapatkan pujian dari si penerima. Hanya saja jika
bersamaan dengan itu, si penerima menyakiti hati si pemberi, dapat dikatakan si
penerima termasuk golongan orang yang tidak berterima kasih kepada sesama
manusia. Sedangkan orang yang tidak berterima kasih kepada manusia merupakan
golongan manusia yang tidak berterima kasih (bersyukur) kepada Allah. Seperti
dalam hadits berikut:
“Barangsiapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. at Tirmidziy; dan ia menilainya hasan shahiih; dishahiihkan oleh syaikh al-albaaniy)
Terima kasih. Ucapan yang sederhana namun sarat makna. Singkat, namun kadang lupa kita sampaikan. Rasa terima kasih pada manusia merupakan bagian dari rasa syukur kita kepada Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menghargai kebaikan orang lain dan selalu berusaha untuk membalas serta menunjukkan rasa terima kasihnya atas setiap kebaikan yang beliau terima dari orang lain.
Setiap manusia tentu ingin dihargai. Islam mengajarkan untuk saling berbuat baik dan menebar kasih sayang. Berterima kasih merupakan salah satu perwujudannya. Ungkapan terima kasih dapat meningkatkan rasa syukur, menyembuhkan lelah, dan menyuburkan kebaikan.
“Barang siapa yang berbuat baik kepada kalian hendaknya kalian membalasnya. Jika tidak tidak bisa membalasnya doakan dia hingga kalian merasa bahwa kalian sudah bisa membalasnya”. (HR. An-Nasai dan Abu Daud).
“Siapa saja yang menerima pemberian, hendaklah dia membalasnya dengan itu pula. Kalau tidak, hendaklah ia memberi pujian, sebab dengan memuji berarti telah berterimakasih dan siapa yang menyembunyikan (kebaikan orang padanya) berarti dia telah kufur nikmat”. (HR. At-Tirmidzi).
Semoga kita semua termasuk golongan manusia yang mudah berterima kasih atas kebaikan atau pemberian orang lain dan Allah Ta’ala menjadikan kita manusia yang mudah bersyukur. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar