Rabu, 20 Agustus 2014

"Ucapan Terima Kasih"



"Ucapan Terima Kasih = Bersyukur Kepada Allah"

“Barangsiapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. at Tirmidziy; dan ia menilainya hasan shahiih; dishahiihkan oleh syaikh al-albaaniy)

“Siapa saja yang menerima pemberian, hendaklah dia membalasnya dengan itu pula. Kalau tidak, hendaklah ia memberi pujian, sebab dengan memuji berarti telah berterimakasih dan siapa yang menyembunyikan (kebaikan orang padanya) berarti dia telah kufur nikmat”. (HR. At-Tirmidzi).
***

Kita dianjurkan untuk tidak menyebut-nyebut pemberian, apalagi sampai menyakiti perasaan si penerima pemberian kita. Baik saat memberi atau pun di kemudian hari, marilah kita hindari perilaku tersebut. Selain karena tercela, sikap tersebut akan menghapuskan pahala atas pemberian kita, seperti yang telah Allah Azza wa Jalla firmankan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 164)

            Begitulah, pemberian yang kita sebutkan di kemudian hari menunjukkan bahwa kita tidak ikhlas dan berlaku riya. Apalagi jika disertai dengan sikap atau perkataan yang menyakiti si penerima, maka kita tidak akan mendapatkan apapun di sisi Allah Ta’ala. Seperti halnya tanah di atas batu licin yang tersiram hujan lebat. Sia-sia belaka.


  •    Tapi, bagaimana jika yang berlaku adalah sebaliknya?


Si pemberi memberikan sesuatu dengan diam, tetapi justru di kemudian hari si penerima menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti hati si pemberi terkait dengan pemberian tersebut. Bagaimana Islam memandang hal tersebut?

Subhanallah. Jika demikian yang berlaku artinya insya Allah si pemberi telah mendapatkan kemuliaan di dunia dengan mendapatkan pujian dari si penerima. Hanya saja jika bersamaan dengan itu, si penerima menyakiti hati si pemberi, dapat dikatakan si penerima termasuk golongan orang yang tidak berterima kasih kepada sesama manusia. Sedangkan orang yang tidak berterima kasih kepada manusia merupakan golongan manusia yang tidak berterima kasih (bersyukur) kepada Allah. Seperti dalam hadits berikut:

مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ

“Barangsiapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. at Tirmidziy; dan ia menilainya hasan shahiih; dishahiihkan oleh syaikh al-albaaniy)

            Terima kasih. Ucapan yang sederhana namun sarat makna. Singkat, namun kadang lupa kita sampaikan. Rasa terima kasih pada manusia merupakan bagian dari rasa syukur kita kepada Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menghargai kebaikan orang lain dan selalu berusaha untuk membalas serta menunjukkan rasa terima kasihnya atas setiap kebaikan yang beliau terima dari orang lain.

            Setiap manusia tentu ingin dihargai. Islam mengajarkan untuk saling berbuat baik dan menebar kasih sayang. Berterima kasih merupakan salah satu perwujudannya. Ungkapan terima kasih dapat meningkatkan rasa syukur, menyembuhkan lelah, dan menyuburkan kebaikan.

“Barang siapa yang berbuat baik kepada kalian hendaknya kalian membalasnya. Jika tidak tidak bisa membalasnya doakan dia hingga kalian merasa bahwa kalian sudah bisa membalasnya”. (HR. An-Nasai dan Abu Daud).

“Siapa saja yang menerima pemberian, hendaklah dia membalasnya dengan itu pula. Kalau tidak, hendaklah ia memberi pujian, sebab dengan memuji berarti telah berterimakasih dan siapa yang menyembunyikan (kebaikan orang padanya) berarti dia telah kufur nikmat”. (HR. At-Tirmidzi).

            Semoga kita semua termasuk golongan manusia yang mudah berterima kasih atas kebaikan atau pemberian orang lain dan Allah Ta’ala menjadikan kita manusia yang mudah bersyukur. Aamiin.

Oleh: Fauzi Daeji Ahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar