"Ntar-Sok : Bentar Besok"
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Seorang teman yang tidak mau disebutkan namanya, namun dengan ciri-ciri wajah kuyu, mata melankolis, rambut kusut, bisa kita sebut dengan mr X, atau pak Anu berkata kepada saya bahwa dia sedang dikejar-kejar debt collector alias penagih hutang.
Setiap ada yang telepon dan menagih hutang dia selalu bilang ntar-sok, ntarsok, artinya nanti besok. Karena itulah kata-kata ntarsok sangat popular di kalangan para penghutang sekaligus penagih hutang. Kalau di Bandung dikenal juga dengan sebutan cuk cole atau isuk sore artinya besok sore.
Hutang memang sering membuat makan tak enak, tidurpun tiada nyenyak. Saya teringat al kisah; suatu hari Rasulullah shollallaahu 'alahi wasallaam masuk ke masjid dan mendapati Abu Umamah berlama-lama di dalam masjid. Rasul bertanya, “Mengapa kau ada disini padahal bukan waktu shalat?”
Abu Umamah menjawab, “Aku sedih dan gundah karena banyak hutang.” Rasulullah kemudian berkata “Maukah aku ajarkan kalimat (doa) yang membuat Allah akan menghapus kesedihan dan melunasi hutang-hutangmu?” “tentu,” kata Abu Umamah.
Nabi menyarankan, “Setiap pagi dan sore, ucapkanlah, Ya Allah, aku berlindung kepadaMU dari perasaan sedih dan gundah, ketidakberdayaan dan kemalasan, sikap pengecut dan bakhil, serta lilitan hutang dan musuh-musuh yang ganas.” Abu Umamah berkata, “Aku lantas melakukan ajaran Rasulullah SAW, kemudian Allah menghapus kegundahan dan melunasi hutang-hutangku.” (HR. Abu Daud)
Definisi dan Arti Hutang Piutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama. Bagi para pelaku bisnis, seringkali tidak pernah terbebas dari hutang, tetapi hutang haruslah balance dan rasional, sesuai dengan kemampuan dan kapasitas penghutang.
Dalam kasus Abu Umamah, sebagai pedagang beliau terlilit hutang yang lebih besar dari kemampuannya (ghalabatud dain). Ketika hutang lebih besar dari kemampuan dan yang bersangkutan tidak sanggup lagi membayar, pihak yang menagih hutangpun akan menagih dengan berbagai cara.
Dengan hadits tadi Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallaam mengajarkan kepada kita,
1. pertama untuk memohon perlindungan dari kesedihan dan kegundahan, ini menitik beratkan kepada hal psikologis. Dengan berusaha melepaskan kesedihan dan kegundahan ini, kita bisa tetap fokus dalam berusaha. Jauh dari rasa kebimbangan dan ketidakberanian mengambil keputusan.
2. Kemudian kedua adalah kelemahan dan kemalasan yang menitikberatkan kepada sikap mental. Dengan berlindung terhadap sikap ini kita akan lebih berupaya meningkatkan produktivitas. Sikap lemah yang seakan-akan ada pahlawan yang akan membantu tanpa kita mau berusaha, dalam artian malas bergerak, memohon orang untuk menyeselaikan masalah dan sebagainya.
3. Ketiga adalah Sifat pengecut dan bakhil yang melingkupi sikap sosial. Lari dari masalah, tidak mau bertanggung jawab dan sebagainya.
4. Serta keempat lilitan hutang dan musuh-musuh atau tekanan orang lain yang dapat diartikan kepada masalah politik. Merendahkan diri dengan terpaksa atau dipaksa melakukan hal-hal yang tidak ingin kita lakukan.
Dalam kasus seorang teman yang kita panggil dengan sebutan Mr X atau Pak Anu di atas, saya sudah menjelaskan perihal do’a ini, namun Mr X merasa telah putus harapan karena setiap hari selama beberapa minggu ini telah rutin melafalkan do’a ini, namun tiada kunjung hutang terlunasi.
Dengan tetap terhiasi senyum kami pun menjelaskan bahwa sejatinya berdoa tanpa bekerja atau berusaha adalah sikap yang lemah, sedangkan bekerja dan berusaha tanpa berdoa akan menjauhkan kita dari keberkahan karena itu kuncinya adalah bekerja sambil berdoa. Insya Allah.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustad Erick Yusuf
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Seorang teman yang tidak mau disebutkan namanya, namun dengan ciri-ciri wajah kuyu, mata melankolis, rambut kusut, bisa kita sebut dengan mr X, atau pak Anu berkata kepada saya bahwa dia sedang dikejar-kejar debt collector alias penagih hutang.
Setiap ada yang telepon dan menagih hutang dia selalu bilang ntar-sok, ntarsok, artinya nanti besok. Karena itulah kata-kata ntarsok sangat popular di kalangan para penghutang sekaligus penagih hutang. Kalau di Bandung dikenal juga dengan sebutan cuk cole atau isuk sore artinya besok sore.
Hutang memang sering membuat makan tak enak, tidurpun tiada nyenyak. Saya teringat al kisah; suatu hari Rasulullah shollallaahu 'alahi wasallaam masuk ke masjid dan mendapati Abu Umamah berlama-lama di dalam masjid. Rasul bertanya, “Mengapa kau ada disini padahal bukan waktu shalat?”
Abu Umamah menjawab, “Aku sedih dan gundah karena banyak hutang.” Rasulullah kemudian berkata “Maukah aku ajarkan kalimat (doa) yang membuat Allah akan menghapus kesedihan dan melunasi hutang-hutangmu?” “tentu,” kata Abu Umamah.
Nabi menyarankan, “Setiap pagi dan sore, ucapkanlah, Ya Allah, aku berlindung kepadaMU dari perasaan sedih dan gundah, ketidakberdayaan dan kemalasan, sikap pengecut dan bakhil, serta lilitan hutang dan musuh-musuh yang ganas.” Abu Umamah berkata, “Aku lantas melakukan ajaran Rasulullah SAW, kemudian Allah menghapus kegundahan dan melunasi hutang-hutangku.” (HR. Abu Daud)
Definisi dan Arti Hutang Piutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama. Bagi para pelaku bisnis, seringkali tidak pernah terbebas dari hutang, tetapi hutang haruslah balance dan rasional, sesuai dengan kemampuan dan kapasitas penghutang.
Dalam kasus Abu Umamah, sebagai pedagang beliau terlilit hutang yang lebih besar dari kemampuannya (ghalabatud dain). Ketika hutang lebih besar dari kemampuan dan yang bersangkutan tidak sanggup lagi membayar, pihak yang menagih hutangpun akan menagih dengan berbagai cara.
Dengan hadits tadi Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallaam mengajarkan kepada kita,
1. pertama untuk memohon perlindungan dari kesedihan dan kegundahan, ini menitik beratkan kepada hal psikologis. Dengan berusaha melepaskan kesedihan dan kegundahan ini, kita bisa tetap fokus dalam berusaha. Jauh dari rasa kebimbangan dan ketidakberanian mengambil keputusan.
2. Kemudian kedua adalah kelemahan dan kemalasan yang menitikberatkan kepada sikap mental. Dengan berlindung terhadap sikap ini kita akan lebih berupaya meningkatkan produktivitas. Sikap lemah yang seakan-akan ada pahlawan yang akan membantu tanpa kita mau berusaha, dalam artian malas bergerak, memohon orang untuk menyeselaikan masalah dan sebagainya.
3. Ketiga adalah Sifat pengecut dan bakhil yang melingkupi sikap sosial. Lari dari masalah, tidak mau bertanggung jawab dan sebagainya.
4. Serta keempat lilitan hutang dan musuh-musuh atau tekanan orang lain yang dapat diartikan kepada masalah politik. Merendahkan diri dengan terpaksa atau dipaksa melakukan hal-hal yang tidak ingin kita lakukan.
Dalam kasus seorang teman yang kita panggil dengan sebutan Mr X atau Pak Anu di atas, saya sudah menjelaskan perihal do’a ini, namun Mr X merasa telah putus harapan karena setiap hari selama beberapa minggu ini telah rutin melafalkan do’a ini, namun tiada kunjung hutang terlunasi.
Dengan tetap terhiasi senyum kami pun menjelaskan bahwa sejatinya berdoa tanpa bekerja atau berusaha adalah sikap yang lemah, sedangkan bekerja dan berusaha tanpa berdoa akan menjauhkan kita dari keberkahan karena itu kuncinya adalah bekerja sambil berdoa. Insya Allah.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustad Erick Yusuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar