“24 Jam”
Allah menganugerahkan waktu untuk
kita 24 Jam dalam sehari. Kita gunakan untuk apa sajakah 24 Jam tersebut?
Mari kita sama-sama membuat sebuah
ilustrasi umum:
- 2 Jam -> Sholat (asmusi sholat wajib dan semua sholat sunnah kita lakukan sepenuhnya dengan khusyu’)
- 6 Jam -> Tidur (Mungkin sebagian kita ada yang sampai 8 Jam)
- 16 Jam Tersisa -> Kita alokasikan untuk apa?
Pada umumya 16 Jam tersisa kita
gunakan untuk bermuamalah, yakni bersosialisasi. Bersosialisasi di sini
termasuk mencari nafkah, jual beli, silaturrahim, berhibur, dan lain
sebagainya.
Pertanyaannya, apakah 16 Jam itu juga sudah kita gunakan untuk
ibadah? Ataukah malah sebaliknya? Memangnya bisa ya 24 Jam digunakan untuk
ibadah sepenuhnya? Jawabannya: SANGAT BISA.
Syarat sah ibadah ada 2, yaitu Niat
dan Ittiba’.
Artinya 3 kelompok kegiatan utama di
atas akan bernilai ibadah jika berniat hanya untuk Allah Ta’ala dan mengikuti
apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallaam.
Artinya:
- 2 Jam Sholat -> Bernilai ibadah jika berniat hanya untuk Allah Ta’ala dan sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallaam.
- 6 Jam Tidur -> Bernilai ibadah jika berniat hanya untuk Allah Ta’ala (misalnya dengan diawali dan diakhiri dengan doa sebelum tidur) dan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallaam (misalnya dengan menjalankan sunah-sunah yang terkait dengan tidur.)
- 16 Jam Muamalah -> Bernilai ibadah berniat hanya untuk Allah Ta’ala (cari nafkah, jual beli, silaturrahim, berhibur, dan lain sebagainya yang sesuai perintah-Nya dan menjauhi yang tidak sesuai) dan sesuai dengan anjuran-anjuran Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallaam.
Jadi ternyata, 24 Jam sehari bisa kita isi dengan ibadah sepenuhnya. Dan artinya insya Allah kita akan termasuk hamba Allah Ta’ala yang menjalankan apa yang telah difirmankan dalam Alquran surah Adz-Dzariyat ayat 56—58:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ
مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ
ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun
dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi
Sangat Kokoh.
Semoga kita selalu diberi kemudahan
oleh Allah Ta’ala dalam menjalankan ibadah. Aamiin.
Inspirasi
tulisan ini penulis dapatkan setelah mengikuti Seminar “Rahasia Sukses
Mengembangkan Usaha Tanpa Utang Tanpa Riba”, 8 Februari 2014 bersama Ustadz
Syamsul Arifin.
Oleh: Fauzi Daeji Ahmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar