Kamis, 30 Januari 2014

"Kesederhanaan"

"Kesederhanaan"

Orang tua zaman dulu itu modalnya shalat malam, doa, shalawat, zikir, dan baca Alquran. Modalnya, benar-benar hanya Allah subhaanahu wa ta'alaa.

Bukan seperti kebanyakan orang tua sekarang, termasuk saya, yang modalnya duit, gaji, pekerjaan, dan usaha, ketika membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Hasilnya? Nggak amazing (luar biasa) banget.
Kebanyakan orang tua berusia muda sekarang punya anak dua, motor udah dikasih, rumah sudah ada, tapi hidupnya tetap susah. Sementara, orang tua zaman dulu, anak-anaknya banyak, tapi bisa sukses semuanya.

Nah, saya ingin bercerita tentang Hajjah Nurul Ain, atau biasa disapa dengan Bu Noni. Beliau adalah bibi saya, kakaknya ibu saya, Humrif’ah (Uum).

Bu Noni punya anak delapan. Saudara saya sekandung ada lima. Tapi, masya Allah, nggak pernah mereka mengeluh atau teriak susah. Nggak ada.

Beliau selalu berdoa, mengaji, zikir, dan shalawat. Hasilnya luar biasa, beda banget. Sepertinya, orang-orang tua sekarang harus belajar dari orang tua zaman dulu dalam mendidik anak.

Orang tua zaman dulu, termasuk Ibu Noni, dan juga ibu saya, insya Allah banyak lagi ibu-ibu yang lainnya, modalnya pasrah dan tawakkal kepada Allah.

Saya sering mengajarkan kepada diri saya, sebagai ayah yang masih berusia muda, istri saya yang juga muda, dan pasangan muda lainnya, coba deh tiru gaya, metodologi, dan cara orang-orang tua dulu dalam mendidik anak-anaknya.

Sekitar satu pekan lalu saya ke rumah beliau. Dalam usianya yang sudah lebih dari 64 tahun, Ibu Noni, ternyata masih mengajar mengaji.

Padahal, beliau bisa meminta kepada anaknya untuk menggantikannya mengajar. Tapi, tidak. Beliau tetap mengajar mengaji sendiri.

Ketika ditanya, apa alasannya terus mengajar? Beliau menjawab, “Supaya nanti anak-anaknya diajar oleh Allah subhaanahu wa ta'alaa.” Subhanallah.

Orang-orang tua zaman sekarang, sering memberikan kemewahan kepada anak-anaknya. Dan sebaliknya, anak-anak sekarang memberikan kemewahan kepada orang tuanya untuk menunjukkan bahwa dirinya telah mampu.

Dibuatkan rumah, dibelikan barang mewah, diberangkatkan ke luar negeri, dan lain sebagainya. Bukannya bahagia, orang tuanya justru merasa tersiksa. Mereka, para orang tua itu, dulu memberikan kepada anak-anaknya sesuatu dengan cinta dan kasih sayang.

Sekarang, kita tidak memberikan kepada mereka cinta, melainkan harta kekayaan serta kemewahan. Akibatnya, bukannya kenyamanan yang dirasakan, justru kesusahan dan keterbelengguan.

Mari kita perbaiki diri agar menjadi anak yang baik, menjadi keponakan yang baik, cucu yang baik, sehingga bisa menghadiahkan kepada orang tua kita doa dan amal yang baik. Salam.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Yusuf Mansur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar