"Bahagia itu Dekat..Berbagi itu Nikmat"
Sore itu sehabis pulang kantor, Umar mampir di sebuah kedai soto di jalan Gusti Ngurah Rai, Klender. Memesan semangkok soto dan duduk membaca koran menunggu macet yang belum juga terurai.
Seorang ibu setengah tua dengan 2 anak dengan penampilan sederhana masuk, " Mas, berapa harga semangkok soto?" tanya ibu.
" 10.000, Bu," kata penjual soto dengan senyuman.
"Kedua anak saya sungguh ingin makan soto, tapi uang saya hanya 7000 rupiah, apa bisa dibuat 2 porsi walau hanya kuah dan sedikit mie, tak menjadi masalah," tanya ibu sedikit ragu.
" Oh, mari Bu masuk, silakan duduk," kata mas penjual soto. Lalu 3 mangkok soto berukuran besar sudah dihidangkan di depan.
" Tapi uang saya hanya 7000, Mas?" tanya ibu sekali lagi dengan sedikit ragu. Sang ibu masih punya harga diri untuk tidak meminta penuh.
" Oh. Tidak apa-apa Bu, Ibu bertiga makan saja dan simpan uang ibu ". Ibu itu tersenyum dan membungkukkan 1/2 tubuhnya.
Umar tersenyum kagum, melihat kebaikan penjual Soto.
5 menit setelah ibu dan anak beranak pergi, seorang pemuda yang dari tadi duduk dipojok. Membayar dengan uang 100.000 dan pergi begitu saja.
"Mas, ini kembaliannya.."
"Saya makan 1 mangkok dan 1 bungkus kerupuk, sisanya untuk bayar ibu dan 2 anak tadi, Bang"
Kata pemuda itu menghidupkan sepeda motornya.
Umar benar-benar terpesona, dengan kebaikan-kebaikan yang dihadirkan di depan mata.
Si ibu miskin yang jujur yang tak mudah meminta, penjual soto yang baik dan pemuda yang pemurah. Dan sayapun kecipratan kebahagiaan karena melihat kejadian itu.
Jika saja setiap orang tidak melulu menggunakan hukum dagang dan transaksional, tentu pintu-pintu kesempatan berkah akan banyak dibuka.
Jika saja setiap orang lebih dahulu MEMBERI (GIVER) bukan MEMINTA (TAKER) dunia akan punya banyak "warna"
Diambil dari cuplikan buku
" Happiness is simple"
Sore itu sehabis pulang kantor, Umar mampir di sebuah kedai soto di jalan Gusti Ngurah Rai, Klender. Memesan semangkok soto dan duduk membaca koran menunggu macet yang belum juga terurai.
Seorang ibu setengah tua dengan 2 anak dengan penampilan sederhana masuk, " Mas, berapa harga semangkok soto?" tanya ibu.
" 10.000, Bu," kata penjual soto dengan senyuman.
"Kedua anak saya sungguh ingin makan soto, tapi uang saya hanya 7000 rupiah, apa bisa dibuat 2 porsi walau hanya kuah dan sedikit mie, tak menjadi masalah," tanya ibu sedikit ragu.
" Oh, mari Bu masuk, silakan duduk," kata mas penjual soto. Lalu 3 mangkok soto berukuran besar sudah dihidangkan di depan.
" Tapi uang saya hanya 7000, Mas?" tanya ibu sekali lagi dengan sedikit ragu. Sang ibu masih punya harga diri untuk tidak meminta penuh.
" Oh. Tidak apa-apa Bu, Ibu bertiga makan saja dan simpan uang ibu ". Ibu itu tersenyum dan membungkukkan 1/2 tubuhnya.
Umar tersenyum kagum, melihat kebaikan penjual Soto.
5 menit setelah ibu dan anak beranak pergi, seorang pemuda yang dari tadi duduk dipojok. Membayar dengan uang 100.000 dan pergi begitu saja.
"Mas, ini kembaliannya.."
"Saya makan 1 mangkok dan 1 bungkus kerupuk, sisanya untuk bayar ibu dan 2 anak tadi, Bang"
Kata pemuda itu menghidupkan sepeda motornya.
Umar benar-benar terpesona, dengan kebaikan-kebaikan yang dihadirkan di depan mata.
Si ibu miskin yang jujur yang tak mudah meminta, penjual soto yang baik dan pemuda yang pemurah. Dan sayapun kecipratan kebahagiaan karena melihat kejadian itu.
Jika saja setiap orang tidak melulu menggunakan hukum dagang dan transaksional, tentu pintu-pintu kesempatan berkah akan banyak dibuka.
Jika saja setiap orang lebih dahulu MEMBERI (GIVER) bukan MEMINTA (TAKER) dunia akan punya banyak "warna"
Diambil dari cuplikan buku
" Happiness is simple"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar