"Obat Riya"
Setelah kita ketahui bahwa riya’ merusak amalan, maka seyogyanyalah bagi seorang muslim untuk mengetahui obat riya’ dan terapi penyembuhannya serta berjuang menghilangkan riya’ dari hatinya.
Ada dua cara untuk mengobati riya’ :
Pertama : dengan mencabut akarnya.
Ke dua : menolak riya’ yang muncul ditengah ibadah.
Yang pertama : Mencabut akarnya
Akar riya’ adalah cinta kedudukan dan penghormatan, lebih detailnya cinta ini berakar kepada tiga hal; cinta nikmatnya sanjungan, lari dari pedihnya celaan, tamak pada apa yang ada ditangan manusia.
Ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallama dari sahabat Abu Musa Al-’Asy’ari semoga Allah meridhoinya ia berkata,
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال الرجل يقاتل حمية ويقاتل شجاعة ويقاتل رياء فأي ذلك في سبيل الله ؟ قال ( من قاتل لتكون كلمة الله هي العليا فهو في سبيل الله )
“Datang seorang laki-laki kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wasallama lalu berkata, ‘Hai Rasulullah, bagaimana menurutmu seorang yang berperang untuk dikatakan berani, berperang karena hamiyah, berperang karena riya’ siapa diantara mereka yang berada dijalan Allah?’, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallama bersabda, ‘Barangsiapa yang berperang untuk menegakkan Kalimatullah maka dia di atas jalan Allah”.[5]
Renungkanlah hadits yang mulia ini …berperang karena ingin disebut dan dikenang sebagai pemberani. Berperang karena hamiyyatan maksudnya takut dicela kalau kalah[6]. Berperang karena agar dilihat manusia ..bukankah itu semua menunjukkan lezat dan nikmatnya penghormatan dan kedudukan di hati manusia?!
Bisa jadi seseorang itu tidak ingin disanjung tetapi dia takut dicela. Tak obahnya seorang pengecut ditengah-tengah para pemberani. Dia akan mati-matian bertahan dan tidak kabur, takut kalau lari dicela. Atau contoh lainnya, seorang yang berfatwa tanpa ilmu karena takut jika tidak menjawab dikatakan jahil ..alangkah banyaknya jenis ini di masa sekarang ini, wallahul Musta’aan.
Senang dipuji, lari dari celaan, dan tama’ terhadap apa yang ada di tangan orang, inilah akar menggerakkan riya’ dalam hati.
Sumber: Islamic Centre
Setelah kita ketahui bahwa riya’ merusak amalan, maka seyogyanyalah bagi seorang muslim untuk mengetahui obat riya’ dan terapi penyembuhannya serta berjuang menghilangkan riya’ dari hatinya.
Ada dua cara untuk mengobati riya’ :
Pertama : dengan mencabut akarnya.
Ke dua : menolak riya’ yang muncul ditengah ibadah.
Yang pertama : Mencabut akarnya
Akar riya’ adalah cinta kedudukan dan penghormatan, lebih detailnya cinta ini berakar kepada tiga hal; cinta nikmatnya sanjungan, lari dari pedihnya celaan, tamak pada apa yang ada ditangan manusia.
Ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallama dari sahabat Abu Musa Al-’Asy’ari semoga Allah meridhoinya ia berkata,
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال الرجل يقاتل حمية ويقاتل شجاعة ويقاتل رياء فأي ذلك في سبيل الله ؟ قال ( من قاتل لتكون كلمة الله هي العليا فهو في سبيل الله )
“Datang seorang laki-laki kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wasallama lalu berkata, ‘Hai Rasulullah, bagaimana menurutmu seorang yang berperang untuk dikatakan berani, berperang karena hamiyah, berperang karena riya’ siapa diantara mereka yang berada dijalan Allah?’, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallama bersabda, ‘Barangsiapa yang berperang untuk menegakkan Kalimatullah maka dia di atas jalan Allah”.[5]
Renungkanlah hadits yang mulia ini …berperang karena ingin disebut dan dikenang sebagai pemberani. Berperang karena hamiyyatan maksudnya takut dicela kalau kalah[6]. Berperang karena agar dilihat manusia ..bukankah itu semua menunjukkan lezat dan nikmatnya penghormatan dan kedudukan di hati manusia?!
Bisa jadi seseorang itu tidak ingin disanjung tetapi dia takut dicela. Tak obahnya seorang pengecut ditengah-tengah para pemberani. Dia akan mati-matian bertahan dan tidak kabur, takut kalau lari dicela. Atau contoh lainnya, seorang yang berfatwa tanpa ilmu karena takut jika tidak menjawab dikatakan jahil ..alangkah banyaknya jenis ini di masa sekarang ini, wallahul Musta’aan.
Senang dipuji, lari dari celaan, dan tama’ terhadap apa yang ada di tangan orang, inilah akar menggerakkan riya’ dalam hati.
Sumber: Islamic Centre
Tidak ada komentar:
Posting Komentar