- Tugas Utama Manusia
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya*, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)"
*Pemakmurnya di sini ditujukan kepada yang tunjuk tangan dan menyanggupinya.
- Cara Memakmurkan Bumi
"Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.Dengan air hujan itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir."
Jadi, cara untuk menjadikan bumi subur dan makmur adalah dengan menjadikan bumi sebagai lahan pertanian atau perkebunan sekaligus dengan penggembalaan dalam satu tempat seperti yang dijelaskan dalam ayat di atas.
Sebagai tambahan, menggembala tergolong profesi mulia karena menggembala merupakan profesi para nabi.
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia mengembalakan kambing”. Para sahabat bertanya: “Termasuk engkau juga?” Maka Beliau menjawab: “Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa Qiroth untuk penduduk Makkah”. (H.R.Bukhari)
Selain itu, menggembala merupakan penghidupan (usaha) yang terbaik hingga akhir zaman setalah berjihad.
Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Termasuk penghidupan manusia yang terbaik, adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah. Dia terbang diatasnya (dia menaikinya dengan jalan yang cepat). Setiap mendengar panggilan perang dia terbang diatasnya dengan bersemangat untuk mencari kematian dengan jalan terbunuh (dalam keadaan syahid) atau mati biasa. Atau seorang laki-laki yang menggembala domba di puncak gunung dari atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan sholat, memberikan zakat dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian datang kepadanya. Dia tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat baik kepada mereka.” (H.R. Muslim).
Sayangnya, pertanian dan gembalaan banyak ditinggalkan khususnya para pemuda yang berkualitas. Kebanyakan lebih memilih pekerjaan di kota dengan gaji yang sudah pasti dan stagnan pastinya. Sayang juga, di Indonesia masih banyak lahan kosong yang belum tergarap, bahkan di beberapa wilayah masih banyak tanah nati (tandus) atau kurang subur. Alhamdulillaah, sejak 14 abad yang lalu Allah subhaanahu wa ta'alaa telah memberikan solusi untuk permasalahan tanah mati (tandus) tersebut.
- Cara Menghidupkan Bumi yang Mati
"Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka, ialah bumi yang mati; kami hidupkan dia serta kami keluarkan darinya biji-bijian, maka daripada biji-bijian itu mereka makan."
- Bumi Terbaik
"Sesungguhnya bagi kaum Saba´ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun"
- Esensi Pangan dan Pemenuhannya
1. Karbohidrat
2. Protein (Protein Nabati dan Protein Hewani)
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
Urutan pemenuhannya telah dituntun oleh Allah subhaanahu wa ta'alaa dalam QS. 'Abasa/80: 24-32
(24) maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya
(25) Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit)
(26) kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,
(27) lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,
(28) anggur dan sayur-sayuran,
(29) zaitun dan kurma,
(30) kebun-kebun (yang) lebat,
(31) dan buah-buahan serta rumput-rumputan,
(32) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
Jadi, pertama yang harus kita penuhi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Protein di sini cukup dengan protein nabati yang bersumber dari biji-bijian. Misalnya kacang-kacangan. Kacang-kacangan juga mengandung lemak yang cukup bagi tubuh. Kemudian vitamin dan mineral yang banyak dikandung buah-buahan dan sayur-sayuran.
Biji-bijian termasuk sumber protein yang murah meriah, sedangkan protein dari binatang ternak adalah untuk kesenangan, bukan untuk memenuhi kebutuhan.
- Kerusakan Pangan
"Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan."
- Pembibitan Alamiah
Al-Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Ketika seorang laki-laki berada di sebuah tanah lapang yang sunyi, dia mendengar sebuah suara di angkasa, “Berilah air pada kebun si Fulan!” Awan itu pun bergerak lalu mencurahkan airnya di satu bidang tanah yang berbatu hitam. Ternyata saluran air dari beberapa buah jalan air yang ada telah menampung air tersebut seluruhnya. Dia pun mengikuti air itu. Ternyata dia sampai kepada seorang pria yang berdiri di kebunnya sedang mengubah aliran air dengan cangkulnya.
Laki-laki tadi berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah, siapa namamu?”
Petani itu menjawab, “Nama saya Fulan.” Dia menyebutkan nama yang tadi didengar oleh lelaki pertama dari angkasa.
Si petani bertanya kepadanya, “Wahai hamba Allah, mengapa Anda menanyakan nama saya?”
Kata lelaki itu, “Sebetulnya, saya tadi mendengar sebuah suara di awan yang airnya baru saja turun dan mengatakan, ‘Berilah air pada kebun si Fulan!’ menyebut nama Anda.
Apakah yang Anda perbuat dengan kebun ini?”
Petani itu berkata, “Baiklah, kalau Anda mengatakan demikian. Sebetulnya, saya selalu memerhatikan apa yang keluar dari kebun ini, lalu saya menyedekahkan sepertiganya, sepertiga berikutnya saya makan bersama keluarga saya, dan sepertiga lagi saya kembalikan (untuk modal cocok tanam)….”
Dengan sanad hadits ini juga, dari Wahb bin Kaisan sampai kepada Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, tetapi (dalam riwayat ini) petani itu berkata, “Saya mengalokasikan sepertiganya untuk orang miskin, peminta-minta, dan para perantau (ibnu sabil).”1
Perhatikanlah bagaimana Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menggiring rezeki untuk manusia, binatang ternak, burung-burung, tanah, dan gunung-gunung, kemudian rezeki itu sampai kepadanya karena besarnya kebutuhan mereka, pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Perhatikanlah bagaimana Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menundukkan angin agar menggiring awan sampai turun hujan.
Di dalam hadits ini dijelaskan keutamaan sedekah dan berbuat baik kepada orang miskin dan ibnu sabil. Dijelaskan pula keutamaan seseorang makan dan memberi nafkah kepada keluarga dari hasil usahanya sendiri. Di sini, petani itu memisahkan sepertiga hartanya untuk keluarga, sepertiga yang kedua untuk sedekah, dan sepertiga berikutnya untuk modal menanam lagi (sebagai bibit yang alami).
Demikianlah hasil dari seminar yang penulis tulis ulang di sini. Karena keterbatasan ruang dan ilmu penulis, sehingga tidak semua hasil bisa disajikan di sini. Allaahu a'lam.
Oleh: Fauzi Daeji Ahmad, dari materi Seminar Nasional "Peran Ekonomi Syariah dalam Sektor Pertanian" di STIE Tazkia Andalusia Sentul, Ahad 15 Maret 2015 bersama Ir. Muhaimin Iqbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar