Selasa, 11 November 2014

"Qum Qum Qum... Tahajud!"

"Qum Qum Qum...Tahajud!"

 
Apakah kita punya sahabat yang setia membangunkan kita di sepertiga malam untuk tahajud? Atau justru kita yang rajin membangunkan sahabat-sahabat kita? Baik yang pertama atau pun yang kedua, insyaAllah adalah suatu kebaikan yang tidak ternilai. Kita patut bersyukur atasnya. Alhamdulilllaah, segala puji hanya milik Allah Ta'alaa.

Jika kita berposisi sebagai penggerak sahabat-sahabat kita untuk bangun malam dan sholat tahajud, insyaAllah kita akan dibalas dengan kebaikan berlipat oleh Allah, dan akan akan dicatat sebagai hamba Allah yang banyak mengingat-Nya. Aamiin.

Tapi ingat sahabatku, jika tidak pintar mengelola niat, upaya amar ma'ruf kita ini tidak akan membuahkan pahala di sisi Allah Ta'alaa, bahkan dapat mengancam pahala tahajud kita. Kok bisa ya?

Iya, bisa! Karena ini sangat bergantung dengan niat yang ada di dalam hati kita. Dan inilah yang sangat rawan dengan jerat-jerat nafsu syaithon laknatullah.

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.(*) 

Secara umum ada dua kemungkinan terkait niat kita membangunkan sahabat kita untuk bangun malam dan menunaikan sholat tahajud. Begini...

Niat ikhlas karena Allah. Yaitu jika kita memang menginginkan kebaikan bagi sahabat kita untuk melakukan ibadah tambahan yaitu sholat tahajud. Jika ini menjadi niat kita, sebisa mungkin kita akan berupaya agar sahabat kita benar-benar terbangun lalu menunaikan tahajud. Misalnya dengan mencipratinya dengan air, menghubungi ponselnya berkali-kali sampai ada respon tanda sudah terbangun, dan lain sebagainya. Subhanallah walhamdulillaah, betapa indahnya persahabatan semacam ini. Semoga Allah menjaga niat kita dan membalas kita dengan pahala yang berlipat, baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin.

Niat terselubung riya' dan ujub. Yaitu jika selain membangunkan, juga terselip dalam hati kita untuk 'mengumumkan' bahwa kita berhasil bangun malam dan telah menunaikan tahajud. Niat seperti ini bisa dicerminkan dari ketidakseriusan kita membangunkan sahabat kita. Misalnya hanya satu kali membangunkan, hanya lewat pesan singkat, dan lainnya tanpa memastikan sahabat kita sudah terbangun atau belum. Sudah pasti pahala tidak akan kita dapat. Apalagi jika ditambah dengan perasaan bangga diri (ujub) karena telah berhasil bangun malam sementara sahabat kita susah dibangunkan. Na'udzubillaah atas niat yang terselubung ini ya.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’:142)

Hasan Al-Bashri berkata:
"Janganlah engkau tertipu dengan banyaknya amal ibadah yang telah engkau lakukan, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui apakah Allah menerima amalanmu atau tidak."

Semoga Allah Ta'ala selalu memimbing kita untuk memurnikan niat kita dalam melakukan amar ma'ruf-nahi munkar dan tawashou bil haq-tawashou bis shobr. Aamiin ya Allah.

Oleh: Fauzi Daeji Ahmad.

*[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar