"Kalah Bersaing"
Penyebab pengusaha muslim kalah bersaing:
1. Lack of Vision
2. Wrong Intensions
2. Wrong Intensions
3. No Strong Why
4. Lack of Confiddent
5. Poor in Knowledge
6. Lack of Skills
7. Lack of Biz Tools
8. No English Word
Kenapa Pengusaha Muslim umumnya kurang maju alias kalah bersaing? Berikut
beberapa sebabnya:
1. Lack of Vision
Kurang Visi. Tidak adanya atau tidak jelasnya visi menjadikan
usaha yang dikembangkan tidak punya arah yang jelas. Akibatnya usaha relatif
tidak berkembang.
2. Wrong Intensions
Salah Niat. Kebanyakan kita pengusaha muslim membuka bisnis atau usaha karena
niat 'kepepet'. Niat 'kepepet' adalah niatan yang paling rendah. Berikut 3 niatan selengkapnya, dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah:
- ingin berkontribusi (misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat sekitar)
- mengejar materi (menambah harta kekayaan)
- ‘kepepet’ alias terpaksa (misalnya karena baru di PHK)
2. No Strong Why
Tidak Ada Dorongan Kuat. Berbeda motivasi, berbeda perilaku.
Seseorang yang pergi ke suatu daerah dengan niat sekadar jalan-jalan tentu berbeda
dengan seseorang lainnya yang pergi ke daerah yang sama untuk berobat. Orang
ke-2 dapat dipastikan akan sepenuh hati untuk mewujudkan hajatnya, sebanyak
apapun rintangannya. Ada 3 macam motivasi, dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah:
- Motivasi Spiritual (untuk mencari Ridho Allah Ta'ala)
- Motivasi Maknawiyah (misalnya membuka usaha sembako untuk membantu tetangga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari)
- Motivas Materi (misalnya untuk memupuk kekayaan)
3. Lack of Confident
Kurang Kepercayaan Diri. Kebanyakan kita para pengusaha muslim masih sering minder alias kurang percaya diri. Apalagi kalau usaha kita masih dalam tahap rintisan. Kalau ditanya, kita sering menjawab 'baru buka usaha kecil-kecilan'. Padahal, apa yang kita ucapkan mengandung doa.
Rasa percaya diri itu penting. Percaya diri memberikan kemantapan tersendiri dalam diri kita pribadi, dan mengundang kepercayaan penuh dari kolega, baik konsumen maupun rekan bisnis kita.
4. Poor in Knowledge
Kurang Ilmu Pengetahuan. Sebagai pengusaha muslim hendaknya
kita memiliki ilmu pengetahuan lebih. Ilmu Fiqh Muamalah yang paling dulu harus kita kuasai. Dengan menguasai Ilmu Fiqh Muamalah, bisnis yang sedang kita jalani atau kita rintis akan tetap ada dalam koridor agama. Kemudian baru kita kuasai ilmu pengetahuan di
bidang kita masing-masing.
5. Lack of Skills
Kurang Keterampilan. Keterampilan dalam menjual,
keterampilan dalam merekrut orang, keterampilan dalam menentukan harga,
keterampilan menempatkan diri, dan keterampilan-keterampilan lainnya yang dapat
menambah nilai 'plus' usaha yang sedang dijalani atau sedang dirintis.
6. Lack of Biz Tools
Kurang Alat Bisnis. Alat bantu bisnis yang dimaksud di sini mungkin lebih kepada alat bantu berwujud benda. Misalnya, kendaraan, komputer, dan alat-alat lainnya yang membantu kelancaran bisnis kita. Tentu kebutuhan alat bantu ini akan berbeda-beda antar bisnis satu dengan bisnis yang lainnya.
7. No English Word
Tidak punya Kemampuan Bahasa Inggris. Meskipun tidak terlalu penting, kemampuan bahasa Inggris sangat diperlukan. Khususnya apabila kita mempunyai visi untuk melebarkan sayap bisnis kita hingga ke level mancanegara.
Inspirasi
tulisan ini penulis dapatkan setelah mengikuti Sharing Session “Why and How to Develop Business Free of Riba”, 23 Februari 2014 bersama Ustadz
Syamsul Arifin.
Terimakasih akhi sharingnya.. sangat bermanfaat.
BalasHapusteruskan menebar kebaikan !
Aamiin ya Rabb al-'aalamiin.. Syukron mas Dede.. :-)
BalasHapus